Tempat dudukku bergoyang. Dari jendela bisa kulihat
pohon-pohon beralih dengan cepat. Birunya langit menemani segalanya. Diiringi
musik pop berbeat cepat yang menempel ditelingaku. Aku melihat ke samping
bawah. Aku melihat mobil dan truk lain berjalan saling mendahului. Kuningnya
matahari begitu menyilaukan mata. Membuat alisku berkerut jika aku ingin
melihat keluar. Aku menyibakkan tirai jendela, agar sinar matahari tak tembus.
Aku bisa melihat sawah begitu luas di sisi lain. Baling-baling putih menjulang
tinggi berputar sendirian bagai menyapa. Dalam duduk ini, aku sedang berjalan,
pergi untuk menemuinya. Seseorang yang selalu hadir di pikiranku setiap
harinya. Pria manis yang selalu menunggu kehadiranku untuk menemuinya. Dia yang
selalu membuatku susah untuk tidur karena memikirkannya. Entah kenapa aku
terharu tentang prinsip menunggu. Oh, kenapa di handphoneku sekarang terputar
lagu Iris dari Goo Goo Dolls? Membuat perasaan ini semakin campur aduk. Dia
akan tetap terus menunggu walaupun aku menemuinya. Karena dia tahu. Aku akan
pergi lagi. Tapi bayangkan manisnya sebuah penungguan jika dia yang kau tunggu
akan datang. Bagai secercah sinar matahari, menembus rerantingan pohon dan
menyorotkan sinarnya. Kesempatan selalu ada. Kadang ribuan meter yang menghadang
di hadapan sudah tak berarti lagi. Tapi kadang pula itu yang membuatmu tak bisa
berkutik. Manisnya penungguan sama seperti menunggu datangnya bis yang tidak
penuh di tengah kota Jakarta. Tetap mengecewakan, tapi tetap akan mebuatmu
senang pada akhirnya. Sama seperti selama ini. Aku menunggu waktu ini. Menunggu
untuk bisa melihat senyum manisnya lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar