Rabu, 27 Mei 2015

Kehidupanmu, Apa Yang Ada Dalam Pikiranmu

Salahnya, aku pernah berpikir. 
Kenapa kisahku begini saja? 
Tak lama kemudian, 
Kesulitan ini menjadi. 
Rasa kalut bergumung. 
Dia bergema.
Detakan jantung berjatuhan.
Membentuk ritme dipercepat.
Otakku kabur.
Tetapi bersusah payah membentuk fokus.
Sebenarnya,
Apa yang aku nantikan?
Apa yang diharapkan?
Kan ku jadikan apa,
Setelah ku dapatkan?

Dalam gaduhnya keheningan,
Membuatku teringat ratapanku dulu.

Kenapa kisahku begini saja?
Salahkah pertanyaan kecil itu?
Jika aku dalam tokoh utama,
Dalam film fiksi bodohmu itu,
Tentu aku mengharapkan ini.
Akan semakin baik jika konflik semakin banyak.
Semakin besar konfliknya,
Semakin menghibur filmnya.
Lalu, emosiku berbenturan hambatan yang akan ku hadapi.
Aku tak mau hidupku terhambat.
Aku pun tak mau hidupku datar.
Apalagi kematian yang terkomposisi,
Dari kehidupan yang datar dan menghambat.

Aku berlari menempuh jalanku.
Membakar masalahku dan masa laluku.
Jejak kakiku sengaja aku pahat.
Biar suatu saat akan ku lihat.
Lalu pertanyaan itu menembus lagi,
Kenapa kisah hidupku begini?
Tanpa saja.
Tanpa satu kata 'saja' yang bodoh itu.

Langkah kakiku memelan.
Nafas tersenggal setelah aku bertarung sendiri.
Sendirian dengan konflik yang tak nyata itu.
Konflik pikiranku.
Memerangi diri sendiri yang takan kunjung usai.
Lalu aku membakar obor itu.
Obor yang mungkin terbuat dari kesadaran.
Cahaya api yang terbuat dari letih menjelaskan kegelapan tadi.
Aku berdiri tegak dan terperangah.
Ternyata,
Inilah hidupku.
Dia menungguku,
Untuk tahu dan menerima.

Menerima.

Jumat, 22 Mei 2015

Keegoisan Tulisanku

Aku menulis karena rasa dan asa
Egoisnya,
Aku tak peduli apakah ritmenya sama
Pesannya sampai
Seberapa dalam puitisnya
Dan tipikal para pembacanya

Aku menulis rasaku
Bahkan terkadang itu palsu
Atau bisa bahwa itu faktaku
Yang seringkali dicap dengan ambigu

Seegoisnya sampai aku menulis hanya untuk pemahaman
Seegoisnya sampai aku rasa tulisan ini bahkan takkan kalian pahami

Dan aku takkan bertanya
Dari

Selasa, 12 Mei 2015

Aku dan Egoku

Aku akan meninggal bersama egoku
Dengan ia yang pernah meledak-ledak
Yang pernah mengalahkanku
Walau tanpa wujudnya

Bagaimana rasanya
Jika pikiran dan hatimu berkata lain?
Dalam pikiranmu, kau segalanya
Sementara hatimu mengetahui bahwa kau begitu kerdil

Mereka bertengkar satu sama lain
Yang hanya kau sadari betapa gaduhnya pertengkaran ini
Lalu kau hanya menatap kosong apa yang di depanmu
Bagaimana menjatuhkan hal yang tak berwujud itu