Jumat, 31 Oktober 2014

Nyambung, dalam Jakarta-Bandung

Gila
Dimana aku membicarakan alam bawah sadar
Ternyata apa yang terjadi padaku
Adalah hal serupa yang terjadi denganmu

Menakjubkan
Dimana jarak membentang
Ratusan kilometer menunjang
Tetapi kita berpadu
Dalam mimpi yang satu

Spesial
Tanpa perlu ritual
Tidak seperti meramal
Roh kita melayang
Pada dimensi tanpa ruang

Aku takan lupa
Dengan hal gila
Kita nyambung
Walau pertemuan kita bersambung

Mimpi kita satu
Dalam bentang Jakarta-Bandung

Kamis, 30 Oktober 2014

Satu Titik

Satu titik
Dua titik
Satu detik
Dua detik

Kita belajar dari kekecewaan
Dimana gagal itu terasa manis

Kita belajar mengendalikan perasaan
Dimana keinginan itu bersifat egois

Kita belajar pengharapan
Dimana rasa bahagia itu ditunjukkan oleh menangis

Rabu, 29 Oktober 2014

BINTANG I

Pagi berganti menjadi siang
Siang berganti menjadi sore
Sore berganti menjadi malam
Dan malam pun berlabuh dengan bintangnya

Dengan kamu yang menjadi penghias di langit kelam
Dengan kamu yang paling terang di langit malam

Dengan kamu yang ada di angkasa sana
Dengan kamu yang telah tau
Bahwa kaulah bintangnya

Senin, 27 Oktober 2014

Jika Cinta Itu Adalah Internet

Apa iya cinta itu kaya internet?
Ada jumlah banyaknya
Ada masa aktifnya
Ada jaringan cepat dan jaringan lambat
Dan, Ada kuotanya

Apa iya cinta itu kaya internet?
Jika makin sering dipakai
Makin cepat habis
Jika sering bertemu
Makin cepat bosan

Apa iya cinta itu kaya internet?
Jika mabuk kepayang
Maka semakin terberai
Jika terlalu sayang
Maka cepat usai

Apa iya cinta itu kaya internet?
Yang selalu menjadi lambat
Ketika ada provider lain
Yang kemudian tersesat
Oleh cinta baru lain?

Mungkin
Karena jawabannya selalu mungkin

Minggu, 26 Oktober 2014

Lapurnya Pengertian

Dulu aku mengerti
Selalu mengerti
Tak komentar banyak
Tak meminta banyak

Hingga suatu saat mereka berbicara tentang keadilan
Hal yang dulu sebenarnya aku maklumi
Tapi apa daya mereka terus menekan dan melawan
Membuat perlahan aku tersingkirkan

Waktu yang berbicara
Lingkungan yang membentuk

Aku lakukan hal yang sama pada mereka
Seperti yang mereka lakukan padaku
Aku meminta hak yang sama seperti mereka
Tetapi tetap aku takan lebih jauh
Aku mencoba hilang dari mereka
Tapi aku tau,
Mereka telah melekat jauh
Walau mereka dan aku tak mau

Kamis, 23 Oktober 2014

Menulis

Menulis itu tentang rasa, bukan tentang paksaan. 
Menulis itu bercerita, bukan hanya tumpukan kata.
Menulis itu bersatu padu, karena suka dan sendu.
Menulis juga menyatu, seperti aku dan kamu. 
 
 

Menunggu

Menunggu dalam bosan
Menunggu dalam diam

Rasa kantuk mulai berkecamuk
Perasaan gelisah kian mengamuk

Mana dia yang aku tunggu?
Mana dia yang akan melihatku sambil termangu?

Kenapa dia tak kunjung datang?
Kenapa dia tak senyum mengundang?

Aku berharap waktu cepat berlalu
Agar dia datang dengan tepat waktu
Kenapa aku jadi menyalahkan waktu?
Padahal waktu hanya diam tanpa mengadu

Dia perlu tau rasanya menunggu
Agar dia tau bosan dalam diam

Hujan

Aku terdiam hening dalam kamarku.
Tak mengeluarkan suara sedikitpun.
Apa kabar malam?
Dia yang selalu dipenuhi dengan cahaya temaram.
Apa kabar awan?
Yang selalu menghitam untuk menunjukkan bintangnya.
Apa kabar hujan?
Iya, apa kabar hujan?
Mengapa kau datang mengunjungiku malam ini?
Menutup bintang yang sudah jarang aku lihat sinarnya.
Membuat gaduh heningnya kamarku.
Mengisi setiap detik dengan gemericik airmu.
Hai hujan,
Kau selalu berhasil membuat bias cahaya di setiap kaca.
Kau selalu berhasil membuat basah manusia.
Kau selalu berhasil membuat lamunan malam.
Apa kabar hujan?
Kau yang teman aku rindukan.
Kau yang selalu membuat penasaran,
Orang-orang untuk menggenggammu.
Aku tak perlu menggenggam hujan,
Jika aku sudah cukup untuk merasakan jatuhnya tetesan air pada telapak tanganku.
Aku tak perlu harus berada di naungan hujan,
Jika hanya untuk menyembunyikan kesedihanku.
Sama rasanya dengan hujan yang tak perlu aku,
Jika hanya untuk membuat tetesan air jatuh dari langit,
Dan juga air yang menganak sungai di pipi.

Rabu, 22 Oktober 2014

Hubungan Jarak Jauh

Ini sedikit menyakitkan.
Setidaknya jika bukan untukmu, tetapi untukku.
Aku sedih, membiarkanmu menanyakan,
kapan aku pulang?
Padahal aku takan pulang.
Aku sedih, mengingat bahwa ada yang menungguku di jauh sana,
untuk kembali hadir di harimu,
Padahal nyatanya aku sama sekali tidak.
Aku sedih melihatmu menungguku.
Aku yang penuh dengan ketidakpastian.
Tapi aku tak mengerti, mengapa kau terus menungguku?
Apakah kamu sendiri mengerti apa arti penungguanmu?
Setidaknya aku senang mengetahuinya.
Aku mempunyai alasan jika aku kembali kesana.
Aku punya kamu yang menunggu seseorang tanpa kepastian.
Aku punya kamu yang berkomitmen dengan hal yang tak diulang.

Setidaknya aku senang mengetahuinya.
Masih ada orang yang rela membuang waktunya untuk seorang seperti aku.
Menunggu dalam diam untuk aku.
Memperbaiki diri terus-menerus bersamaku.

Wakaupun aku tak tau, apakah kamu sendiri ikut merasakan atau tidak.

Rabu, 15 Oktober 2014

Tuhan, aku bicara, sebentar.

Tuhan.
Aku merasa bodoh sekali kali ini.
Aku tak pernah berbicara padamu lagi.
Aku tak pernah meluangkan waktu untukmu sedikit saja.
Aku bingung dengan diriku sendiri.
Apa aku salah jika meminta?
Dan mengapa aku hanya bisa meminta?
Apa yang kau ingin dariku?
Jelas saja kau tak butuh apapun.
Kau segalanya.
Pernahkah kau berharap aku beribadah untukmu?
Tentu saja tidak.
Kau tak butuh apapun dariku.
Kau akan terus dan selalu sempurna,
Dengan atau tanpa doaku.
Tanpa aku ingat pun,
Ataupun selalu aku tanam dalam hati pun.
Mengapa kau tak buat saja,
Aku yang selalu ingat kamu?
Bukannya tak mungkin, bukan?
Kenapa kau tak marah padaku?
Aku yg selalu menghirup oksigenmu,
Tiap saat, tiap detik.
Sadar atau tak sadar pun.
Kenapa kau tak marah padaku?
Pada semua polusi yang telah aku sebar di bumi yang kau izinkan aku tuk menempatinya?
Tuhan,
Mengapa aku sungguh ribet sekali?
Menanyakan hal yang tak perlu aku tanya padaMu.
Tapi kau kan tahu,
Aku takan banyak berbicara padaMu
Andai saja aku tak menjadi manusia yang banyak bertanya padaMu
Mengapa kau tak menjawabnya secara langsung jika Kau bisa?
Apa yang salah dengan wahyu?
Apa yang salah jika aku bercengkrama denganmu?
Apa yang salah jika kau menjawabnya?
Ataukah kau selalu menjawabnya tapi aku tak pernah sadar?
Ataukah aku terlalu tuli untuk mendengar sucinya suara dariMu?
Ataukah aku terlalu buruk?
Aku takan menanyakan sebuah kepantasan, karena aku memang sudah tau jawabannya.
Tuhan,
Siapa aku tanpaMu?

Kamis, 02 Oktober 2014

Yang Suka dan Tidak Suka

Yang suka, memperhatikan.
Yang disuka, tidak sadar.

Yang suka, merasa bimbang untuk menyapa.
Yang disuka, tetap riang.

Yang suka, merasa yang disuka tak suka dengan dirinya.
Yang disuka, bahkan sama sekali tak tau apa-apa.

Yang suka, mencari tau tentang kebiasaannya.
Yang disuka, sibuk dengan dunianya.

Yang suka, menebak-nebak apa kesehariannya.
Yang disuka, sibuk memilih kegiatan baru apa yang akan dilakukannya.

Yang suka, bingung ingin memberi makanan yang disukanya.
Yang disuka, sibuk berburu makanan nusantara.

Yang suka, selalu mencuri-curi pandang pada yang disukanya.
Yang disuka, sibuk mencari yang tampan.

Yang suka, selalu berdebar ketika ingin chat dengannya.
Yang disuka, sedang sibuk tertawa dengan sosial medianya.

Yang suka, menunggunya setiap saat, setiap hari, setiap waktu, menunggu waktu yang pas untuk menyapanya.
Yang disuka, ternyata selalu memikirkan orang lain sepanjang hidupnya.