Minggu, 28 Desember 2014

Hai Putri

Hai putri
Bukankah menulis puisi itu tentang rasa?
Namun kenapa aku masih memikirkan rima?
Orang bilang ini butuh jam terbang
Tapi kenapa pikiranku mengawang?
Orang bilang menulis dengan hati
Tapi mengapa aku berpikir lagi?

Sabtu, 27 Desember 2014

Terbias

Aku menulis terbias rindu
Kembali mengulang rasa tentang asa
Yang aku cari telah hadir kini
Tak jauh satu mili pun dari genggamanku
Aku menggenggamnya erat
Tangannya
Hatinya
Lalu aku menutup mata
Melebur dengan rasa

Kamis, 25 Desember 2014

Bagaimana

Bagaimana bisa aku merasa punya saat tak ada?
Bagaimana caranya aku memberi saat tak punya?
Bagaimana mungkin aku bertahan saat terseret?
Bagaimana untuk tetap tinggal jika malah terpenggal?
Bagaimana caranya dapat jika tak sempat?
Dan
Bagaimana untuk tetap hidup jika jiwa telah redup?

Selasa, 23 Desember 2014

Lupa

Kemana saja kamu?
Kau sudah tak pernah terlihat lagi
Bahkan di mimpiku pun
Apalagi di hidup nyata ini
Kau sudah tak muncul lagi
Kau sama sekali tak pernah menunjukan keberadaanmu
Aku takut
Kalau aku sudah hampir lupa wajahmu
Kalau aku lupa cerianya tawamu
Kalau aku lupa cara bicaramu
Aku takut kamu hilang
Walau di nyatanya
Sebenarnya kau sudah tak hadir lagi
Tapi tolong
Jangan berlari jauh dari memoriku

Kamis, 11 Desember 2014

Komplikasi Kaya

Sebagian orang berusaha mati-matian agar menjadi kaya.   
Sebagian orang lagi bingung, mengapa mereka kaya. 
Sebagian orang, memang terlahir kaya dan sampai mati kaya. 
Sebagian orang, pertamanya saja kaya.  
Sebagian orang beruntung mereka mudah kaya. 
Dan sebagian orang lagi bertanya, kapan aku kaya?

Senin, 08 Desember 2014

Ketika terlalu dekat berarti menyatu dan tak ada yg bisa disembunyikan.
Adapun, salah satu akan sadar, bagaimanapun caranya.
Entah dia tau atau tidak, apa masalahnya.

Kamis, 27 November 2014

Bergerak Dalam Diam

Dia bergerak dalam diam
Berkelahi dengan waktu
Bersatu dengan menyulam
Gaduh tapi menunduk

Aku tak mengerti mengapa dia seperti itu?
Tapi ada hal yang tak kumengerti
Ada bahasa yang sampai dalam bisu
Ada sesuatu yang sampai pas di hati

Dia tergugu
Lelaki di depanku
Yang namanya pun
Tak aku tau

Diam
Aku hanya diam

Mungkin dia tidak bercerita
Tapi visualisasi berbahasa

Ada hal yang kita mengerti
Tanpa harus dijelaskan
Ada hal yang terjadi
Tanpa harus direncanakan
Dan mungkin
Ada pemberhentian
Tanpa perlu diduga

Sabtu, 22 November 2014

1 tahun lagi

Aku mau satu tahun lagi seperti ini
Denganmu
Aku tak peduli
Kita bertengkar
Kita diam
Kita bercanda
Kita murung
Aku tak peduli jika semua itu
Denganmu

Dan tahun depan
Di tanggal yang sama aku mengatakannya
Aku akan mengatakan itu lagi
Aku mau satu tahun lagi seperti ini
Denganmu

Jumat, 21 November 2014

Rindu

Imajinasi berbayang tentangmu tiap detiknya
Menerka tiap rasa ingin yang berjalan

Kata yang terasa
Mengalir lembut dalam darah

Lidahku kelu tuk berkata
Membeku tuk mengungkapkan

Bintang tak terlihat dari sini
Tertutup atap yang berwujud solid

Detik selalu berlari
Berkejaran saling mengisi

Aku memandang wajahmu
Dalam konotasi bayang semu

Aku ingin waktu membeku
Agar aku bisa menyentuh wajahmu

Berbisik dengan merdu
Selamat malam, rinduku

Minggu, 16 November 2014

Rabu, 12 November 2014

Sayangnya

Sayangnya kita tau,
Apa yang telah terjadi

Sayangnya kita tau,
Apa permasalahannya

Sayangnya kità tau,
Kapan kesalahannya

Sayangnya,
Kita tak bisa kembali

Sayangnya,
Kita tak hidup lagi disana

Sayangnya,
Waktu tidak bisa berjalan mundur

Dan sayangnya,
Kita tau, kita tidak bisa menghentikannya

Selasa, 11 November 2014

Manis

Aku tidak mengerti mengapa manusia bisa disebut manis. Padahal jujur saja, toh kulit mereka yang tercampur debu dan keringat, itu pastilah terasa asin.

Aku lebih suka manis yang jelas-jelas saja, seperti susu coklat yang sedang ku minum saat ini. Tak terlalu manis, tak terlalu encer. Sedang-sedang saja.

Aku suka lolipop, tapi aku tak begitu suka kecap. Dia terlalu manis, dan terlalu manis membuatku sakit.

Aku suka coklat, aku suka susu, aku suka lolipop, gulali, pisang molen, aromanis, sereal dan sejuta hal manis yang tak terlalu manis lainnya.

Terlalu manis itu sakit. Kepalaku pening tiap kali lidahku bertemu dengannya. Otakku seperti mmemerintahkan agar aku menjauh dengannya dan membuat mataku kalang kabut.

Terlalu manis itu berlebihan. Sama halnya dengan bahwa segala sesuatu tak boleh berlebihan.

Namun kenapa, aku bisa jatuh hati, denganmu makhluk yang terlalu manis?


*tulisan gagal*

Sabtu, 08 November 2014

Kesalahan kamu adalah mencatat hal yang menyakitkan, untuk diulang dan dibaca lagi.

Rabu, 05 November 2014

Terhapus

Aku seringkali mendapati diri
Aku tidak tau siapa kamu
Aku seringkali patah hati
Ketika sadar kau telah jauh

Aku seringkali tidak peka
Bahwa kamu terluka

Aku kini pupus
Karena aku kini tlah kau hapus

Jumat, 31 Oktober 2014

Nyambung, dalam Jakarta-Bandung

Gila
Dimana aku membicarakan alam bawah sadar
Ternyata apa yang terjadi padaku
Adalah hal serupa yang terjadi denganmu

Menakjubkan
Dimana jarak membentang
Ratusan kilometer menunjang
Tetapi kita berpadu
Dalam mimpi yang satu

Spesial
Tanpa perlu ritual
Tidak seperti meramal
Roh kita melayang
Pada dimensi tanpa ruang

Aku takan lupa
Dengan hal gila
Kita nyambung
Walau pertemuan kita bersambung

Mimpi kita satu
Dalam bentang Jakarta-Bandung

Kamis, 30 Oktober 2014

Satu Titik

Satu titik
Dua titik
Satu detik
Dua detik

Kita belajar dari kekecewaan
Dimana gagal itu terasa manis

Kita belajar mengendalikan perasaan
Dimana keinginan itu bersifat egois

Kita belajar pengharapan
Dimana rasa bahagia itu ditunjukkan oleh menangis

Rabu, 29 Oktober 2014

BINTANG I

Pagi berganti menjadi siang
Siang berganti menjadi sore
Sore berganti menjadi malam
Dan malam pun berlabuh dengan bintangnya

Dengan kamu yang menjadi penghias di langit kelam
Dengan kamu yang paling terang di langit malam

Dengan kamu yang ada di angkasa sana
Dengan kamu yang telah tau
Bahwa kaulah bintangnya

Senin, 27 Oktober 2014

Jika Cinta Itu Adalah Internet

Apa iya cinta itu kaya internet?
Ada jumlah banyaknya
Ada masa aktifnya
Ada jaringan cepat dan jaringan lambat
Dan, Ada kuotanya

Apa iya cinta itu kaya internet?
Jika makin sering dipakai
Makin cepat habis
Jika sering bertemu
Makin cepat bosan

Apa iya cinta itu kaya internet?
Jika mabuk kepayang
Maka semakin terberai
Jika terlalu sayang
Maka cepat usai

Apa iya cinta itu kaya internet?
Yang selalu menjadi lambat
Ketika ada provider lain
Yang kemudian tersesat
Oleh cinta baru lain?

Mungkin
Karena jawabannya selalu mungkin

Minggu, 26 Oktober 2014

Lapurnya Pengertian

Dulu aku mengerti
Selalu mengerti
Tak komentar banyak
Tak meminta banyak

Hingga suatu saat mereka berbicara tentang keadilan
Hal yang dulu sebenarnya aku maklumi
Tapi apa daya mereka terus menekan dan melawan
Membuat perlahan aku tersingkirkan

Waktu yang berbicara
Lingkungan yang membentuk

Aku lakukan hal yang sama pada mereka
Seperti yang mereka lakukan padaku
Aku meminta hak yang sama seperti mereka
Tetapi tetap aku takan lebih jauh
Aku mencoba hilang dari mereka
Tapi aku tau,
Mereka telah melekat jauh
Walau mereka dan aku tak mau

Kamis, 23 Oktober 2014

Menulis

Menulis itu tentang rasa, bukan tentang paksaan. 
Menulis itu bercerita, bukan hanya tumpukan kata.
Menulis itu bersatu padu, karena suka dan sendu.
Menulis juga menyatu, seperti aku dan kamu. 
 
 

Menunggu

Menunggu dalam bosan
Menunggu dalam diam

Rasa kantuk mulai berkecamuk
Perasaan gelisah kian mengamuk

Mana dia yang aku tunggu?
Mana dia yang akan melihatku sambil termangu?

Kenapa dia tak kunjung datang?
Kenapa dia tak senyum mengundang?

Aku berharap waktu cepat berlalu
Agar dia datang dengan tepat waktu
Kenapa aku jadi menyalahkan waktu?
Padahal waktu hanya diam tanpa mengadu

Dia perlu tau rasanya menunggu
Agar dia tau bosan dalam diam

Hujan

Aku terdiam hening dalam kamarku.
Tak mengeluarkan suara sedikitpun.
Apa kabar malam?
Dia yang selalu dipenuhi dengan cahaya temaram.
Apa kabar awan?
Yang selalu menghitam untuk menunjukkan bintangnya.
Apa kabar hujan?
Iya, apa kabar hujan?
Mengapa kau datang mengunjungiku malam ini?
Menutup bintang yang sudah jarang aku lihat sinarnya.
Membuat gaduh heningnya kamarku.
Mengisi setiap detik dengan gemericik airmu.
Hai hujan,
Kau selalu berhasil membuat bias cahaya di setiap kaca.
Kau selalu berhasil membuat basah manusia.
Kau selalu berhasil membuat lamunan malam.
Apa kabar hujan?
Kau yang teman aku rindukan.
Kau yang selalu membuat penasaran,
Orang-orang untuk menggenggammu.
Aku tak perlu menggenggam hujan,
Jika aku sudah cukup untuk merasakan jatuhnya tetesan air pada telapak tanganku.
Aku tak perlu harus berada di naungan hujan,
Jika hanya untuk menyembunyikan kesedihanku.
Sama rasanya dengan hujan yang tak perlu aku,
Jika hanya untuk membuat tetesan air jatuh dari langit,
Dan juga air yang menganak sungai di pipi.

Rabu, 22 Oktober 2014

Hubungan Jarak Jauh

Ini sedikit menyakitkan.
Setidaknya jika bukan untukmu, tetapi untukku.
Aku sedih, membiarkanmu menanyakan,
kapan aku pulang?
Padahal aku takan pulang.
Aku sedih, mengingat bahwa ada yang menungguku di jauh sana,
untuk kembali hadir di harimu,
Padahal nyatanya aku sama sekali tidak.
Aku sedih melihatmu menungguku.
Aku yang penuh dengan ketidakpastian.
Tapi aku tak mengerti, mengapa kau terus menungguku?
Apakah kamu sendiri mengerti apa arti penungguanmu?
Setidaknya aku senang mengetahuinya.
Aku mempunyai alasan jika aku kembali kesana.
Aku punya kamu yang menunggu seseorang tanpa kepastian.
Aku punya kamu yang berkomitmen dengan hal yang tak diulang.

Setidaknya aku senang mengetahuinya.
Masih ada orang yang rela membuang waktunya untuk seorang seperti aku.
Menunggu dalam diam untuk aku.
Memperbaiki diri terus-menerus bersamaku.

Wakaupun aku tak tau, apakah kamu sendiri ikut merasakan atau tidak.

Rabu, 15 Oktober 2014

Tuhan, aku bicara, sebentar.

Tuhan.
Aku merasa bodoh sekali kali ini.
Aku tak pernah berbicara padamu lagi.
Aku tak pernah meluangkan waktu untukmu sedikit saja.
Aku bingung dengan diriku sendiri.
Apa aku salah jika meminta?
Dan mengapa aku hanya bisa meminta?
Apa yang kau ingin dariku?
Jelas saja kau tak butuh apapun.
Kau segalanya.
Pernahkah kau berharap aku beribadah untukmu?
Tentu saja tidak.
Kau tak butuh apapun dariku.
Kau akan terus dan selalu sempurna,
Dengan atau tanpa doaku.
Tanpa aku ingat pun,
Ataupun selalu aku tanam dalam hati pun.
Mengapa kau tak buat saja,
Aku yang selalu ingat kamu?
Bukannya tak mungkin, bukan?
Kenapa kau tak marah padaku?
Aku yg selalu menghirup oksigenmu,
Tiap saat, tiap detik.
Sadar atau tak sadar pun.
Kenapa kau tak marah padaku?
Pada semua polusi yang telah aku sebar di bumi yang kau izinkan aku tuk menempatinya?
Tuhan,
Mengapa aku sungguh ribet sekali?
Menanyakan hal yang tak perlu aku tanya padaMu.
Tapi kau kan tahu,
Aku takan banyak berbicara padaMu
Andai saja aku tak menjadi manusia yang banyak bertanya padaMu
Mengapa kau tak menjawabnya secara langsung jika Kau bisa?
Apa yang salah dengan wahyu?
Apa yang salah jika aku bercengkrama denganmu?
Apa yang salah jika kau menjawabnya?
Ataukah kau selalu menjawabnya tapi aku tak pernah sadar?
Ataukah aku terlalu tuli untuk mendengar sucinya suara dariMu?
Ataukah aku terlalu buruk?
Aku takan menanyakan sebuah kepantasan, karena aku memang sudah tau jawabannya.
Tuhan,
Siapa aku tanpaMu?

Kamis, 02 Oktober 2014

Yang Suka dan Tidak Suka

Yang suka, memperhatikan.
Yang disuka, tidak sadar.

Yang suka, merasa bimbang untuk menyapa.
Yang disuka, tetap riang.

Yang suka, merasa yang disuka tak suka dengan dirinya.
Yang disuka, bahkan sama sekali tak tau apa-apa.

Yang suka, mencari tau tentang kebiasaannya.
Yang disuka, sibuk dengan dunianya.

Yang suka, menebak-nebak apa kesehariannya.
Yang disuka, sibuk memilih kegiatan baru apa yang akan dilakukannya.

Yang suka, bingung ingin memberi makanan yang disukanya.
Yang disuka, sibuk berburu makanan nusantara.

Yang suka, selalu mencuri-curi pandang pada yang disukanya.
Yang disuka, sibuk mencari yang tampan.

Yang suka, selalu berdebar ketika ingin chat dengannya.
Yang disuka, sedang sibuk tertawa dengan sosial medianya.

Yang suka, menunggunya setiap saat, setiap hari, setiap waktu, menunggu waktu yang pas untuk menyapanya.
Yang disuka, ternyata selalu memikirkan orang lain sepanjang hidupnya.

Kamis, 25 September 2014

Diam

Kau bertanya bagaimana perasaanku. Jika diam ternyata tak memberi rasa apapun. Malam ini kau merasa bahwa aku begitu berbeda. Tak cukup jika aku tak berkomentar apa-apa. Kau menungguku mengucap satu atau dua patah kata. Sembari menatap aku dengan penuh harap. Kepulan asap kopi terus menari-nari di bawah dagumu. Seakan menikmati saat menunggumu dan waktu diamku. Detik-detik terus berlari. Seakan tak sabar menunggu pagi. Lampu temaram setia menyinari. Membuat kau yang manis terlihat lebih manis dari biasanya. Bintang malam seperti sengaja tak menunjukkan sinarnya. Karena dia tau, dalam diam aku tetap berkata bahwa engkaulah bintangnya. Aku tak kuasa jika setiap saat untuk menatapmu. Aku terlalu jatuh hati sepertinya. Mencuri-curi pandang pun terlalu rasanya. Aku selalu mencari waktu dimana kau sedang tak melihatku, dan disana aku bisa melihatmu. Sebenarnya aku ingin menatap. Tapi apa yang aku dapat? Aku selalu seperti terlihat lebih tertarik ke hal lain. Seakan aku tak tertarik padamu. Kepulan asap kopimu mulai lelah menari. Dia seperti memintaku agar mengucapkan sesuatu. Dia pun lelah menunggu. Ya Tuhan, kenapa cinta harus diucapkan jika tak ingin kehilangan? Aku tak mau kehilangan bintangku. Sinarnya. Terangku. Kenapa cinta harus ditunjukkan? Dan jika tidak kau takan menyadariku. Bibirmu menyentuh kopimu yang tenang sedari tadi. Hatimu mulai lelah dan penat kian mengalir. Dingin malam meresap ke dalam perkataanmu. Racun putus asa seperti terbubuh dalam kopimu. Aku tau kau tak tahan lagi. Kau mulai menatapku secara berbeda. Setidaknya aku sakit saat ini kau lihat dengan begitu. Bahkan kau tetap manis walau seperti itu. Helaan napasmu terlihat berat. Dan letih hatimu dapat aku lihat. Kenapa kau berdiri? Sudah waktunyakah kau untuk beranjak? Tidak. Tunggu! Tapi aku tau kau tak dapat menunggu. "Aku menyayangimu". Hanya kata itu yang keluar. Tanganku hanya bisa memegang lenganmu dan tak bergerak lagi. Kenapa kau terheran? Bukankah aku tak pernah bilang aku berhenti menyayangimu? Kau meraba pipiku. Hal yang selalu merona ketika memikirkanmu. Sunggingan senyum membentuk di wajahmu. Membuat desir hati kian berlagu. Kau mendekatkan wajahmu padaku. Dan ...


Setidaknya aku tau. Kau takan pergi dariku.

25-09/14

Rabu, 24 September 2014

Mencari Arti Mentari

2014/09/23 9:30

Aku berjalan dalam kelabu
Dengan jutaan debu yang menyatu
Menembus dinginnya malam
Tanpa seucap kata pun bibir bergumam
Dalam diam
Aku menyapa bintang-bintang
Bercengkrama dengan sepi
Mencari arti pagi
Memahami sinar mentari
Apa yang aku dapat malam ini?
Dari jalanku sedari tadi?
Hanya angin bertutur
Sedang mulut diam membisu
Pada akhirnya aku tak tau
Tentang apa yang ku cari tau
Dingin malam indah menyatu
Bersatu duka dengan sinar yang lara

Sabtu, 20 September 2014

Bahasa Hujan

Angin bertiup lancang
Badai akrab merangkap
Tetes hujan meryerbu debu
Aku menyatu bisu

Bokeh lampu terangi malam
Sinar rembulan bersinar terang
Bintang tetap dalam diam
Dan pikiranku kini mengawang

Aku begitu paham bahwa satu hujan dapat berkata seribu cerita
Aku begitu paham bahwa satu hujan timbulkan seribu kerinduan
Aku begitu paham bahwa satu hujan juga berarti jutaan kesedihan
Aku pun begitu paham bahwa ribuan jiwa kini mengawang meresonansi masa lampau

Kamis, 18 September 2014

Cita-cita, satu kata yg diulang & diulang-ulang pula usaha untuk mendapatkannya
Aku akan pergi secepat yang kau bayangkan, & aku juga akan diam di pikiranmu selambat yg kau bayangkan.
Dia kenal hanya untuk kenal. Untuk senang, untuk berbagi. Tapi bukan untuk segalanya termasuk hidupnya
Menyapa kemudian hilang. Disapa kemudian tenggelam

Puisi tak ada artinya

MINGGU, 09 OKTOBER 2011


sehitam hari ini ,
panas membara hati ,
ku tinggal kan dengan sejuta langkah .
matahari menyembunyikan pedangnya .

maafkan aku yang merasa enggan padamu
kita memang berbeda
terlebih setelah kita meninggalkan kenangan
dahulu memang indah

lupakan masa lalu
mari kita samakan langkah
jangan berfikir aku membencimu
tapi fikirkan betapa aku peduli padamu

tiap langkah aku terfikir
terobsesi dengan positifnya kehidupan
membuat hidup lebih bermakna
tiap jejak itu arti dan tak dapat kembali

ketika aku menoleh kau sudah jauh disana
bukan di depan ku tetapi disana jauh disana

awan seakan mengetahui apa yang kurasakan
dia menghampiriku
memberikan sejuta arti yang sangat mendalam
sudahlah , semua ini perjalanan

Jakarta 2050 - Riema Aurora & Moch. Syahrir

Semilir angin sejuk berhembus menyapu tubuh dan membelai rambut ku. Begitu terasa aroma yang khas ini. Aroma kota yang mengingatkan pada masa lalu. Tempat dimana aku lahir ke dunia ini dan kemudian merayakannya dengan tangisan yang nyaring. Tempat yang begitu akrab dengan masa kecilku, kota yang indah dan penuh kenangan manis.

Perkenalkan teman, namaku Riema Aurora. Aku biasa disebut Riema. Eh, tapi ada seseorang yang biasa memanggilku R [er], terutama ketika ber-SMS-ria. Tapi ah lupakan saja, bukan tentangnya yang hendak aku ceriterakan, yang jelas kini kakiku sedang menjejaki kota tua yang dulu kita sebut Batavia. Ya, Jakarta. Itulah namanya.

          Hari ini, tanggal 25 Desember 2050. Ya, aku ingat sekali. Tepat pada tanggal inilah, kucoba menerobos masa depan dengan daya khayalku. Dimana malam itu, di tahun 2012, aku sedang berada di depan layar laptop, sekitar pada jam 22:48 WIB. Kamu takkan pernah menyangka sobat, bahwa inilah sekarang Jakarta yang kau jejaki. Aku mendongak melihat lazuardinya awan cumullus yang indah, yang terpantul di hitam gelapnya mata khas Indonesiaku. Menambah indahnya suasana cerah pada hari ini.

Aku menghela nafas sejenak, kemudian bergegas melangkah dengan tas ransel kesayanganku. Aku berjalan menuju puncak menara Gedung Nestle yang berada tepat di Jl. TB Simatupang, Jakarta Selatan. Terlihat dari sana suasana di area sekitar rumah dinas pamanku dulu, yang sering aku kunjungi ketika liburan sekolah, dimana sebagian catatan jejak masa kecil dan masa remajaku ditorehkan. Kini semua berbeda dengan apa yang ada di retina mataku. Tempat itu bukanlah lagi gang-gang yang dulu sering ku jejaki dengan tertawa riang. Aku mendapatkan yang lebih indah sekarang, seperti melihat rangkaian penataan indah pepohonan berwarna-warni. Seperti rambut seorang kribo yang telah disisir rapi. 

Tepat sekitar 50 meter di atas kepalaku, ada jalan layang yang saling menghubungkan jalan-jalan utama di Jakarta ini. Jakarta sudah bukan kota metropolitan. Mungkin, jadi ultrapolitan. Oh, atau mungkin lebih dari itu? Jalan layang Pasopati di Kota Bandung yang pada tahun 2012 dianggap sangat hebat menjadi tampak kuno seperti jembatan Ampera di sungi Musi. Jika kalian lihat Jakarta dengan helikopter, kau akan lihat puluhan jalan layang saling silang menyilang satu dengan lainnya. Ini sungguh menakjubkan kawan! Bagaikan kau melihat kartun yang menceritakan masa depan yang ditayangkan ketika kalian masih kecil, kalian akan mengira bahwa itu luar biasa! Tapi tidak jika semua itu telah terjadi perlahan-lahan.

Di tahun 2050 sudah jarang terlihat orang menggunakan mobil-mobil pribadi. Itu terkesan sangat kuno dan klasik. Kesadaran masyarakat tentang lingkungan dan penghematan energi sangat baik, mereka lebih memilih menggunakan monorel yang jadwal keberangkatan dan kedatangannya sudah teratur. Monorel ini mengikuti jam kerjanya para karyawan, pelajar dan pembisnis-pembisnis lain. Bahkan, telah diterbitkan kartu khusus untuk menumpang monorel, dengan variasi harga yang beragam ditentukan untuk pelanggan harian, mingguan, atau bulanan. Dan itu benar-benar menghemat 40% dari mahalnya biaya menggunakan kendaraan pribadi. Tapi aku masih suka melihat busway dan menggunakannya. Busway, benda ini sekarang tak kalah hebat. Dapat kau bayangkan, dulu busway hanya sekedar bus bersih yang ada tempat pemberhentian tertentu, yang diistimewakan dengan jalur khusus yang telah dibuat oleh pemerintah. Kini lain, busway sudah seperti circle key kecil berjalan. Dimana dia menyediakan fasilitas makanan dan minuman cepat saji. Dan tetap terjaga kebersihan lingkungannya. Membicarakan kebersihan lingkungan, aku jadi ingat dulu, ketika aku kecil. Jakarta terkenal dengan kota sampah, dimana sampah berserakan dimana-mana. Banjir selalu datang menghadang rumah-rumah penduduk miskin, penebangan liar dan Jakarta terkenal dengan panas dan sesaknya. Penduduk membuang sampah di sungai dengan seenaknya. Yang menjadikan sungai itu kecoklatan, menaik hingga permukaan, dan bau kemana-mana. Aku masih punya sedikit artikel berita tentang banjir-banjir di Jakarta yang disebabkan oleh sungai-sungai. Ini yang dikatakan artikel tersebut:
“Banjir besar yang terjadimembuat hampir seluruh kota tergenang. Dilaporkan pada saat itu ketinggian air sempat mencapai setinggi dada manusia. Penyebab banjir diantaranya adalah naiknya air Sungai Ciliwung, Sungai Cideng, Sungai Krukut dan Sungai Grogol. Saat itu jumlah penduduk berjumlah 1.811.000 orang. Yang menjadikan rumah-rumah para penduduk terendam dan mereka harus menunggu hingga air surut. .    
              Sungai-sungai dulu itulah yang membuat keresahan para warga, beratnya pertanggung jawaban pemerintah untuk menyediakan fasilitas untuk warganya. Warna sungai yang coklat keruh. Sekarang sungai tidak akan kau lihat lagi ia berada di darat. Semua sungai yang ada di Jakarta berada di atas. Ikut saling menyilang diantara jalan-jalan layang. Area jalur sungai khusus yang dirancang khusus oleh pemerintah. Ketinggian jalan layang yang berada sekitar 80m-100m diatas permukaan laut dan kian ke utara kian melandai dan berakir di pantai utara Jakarta. Mungkin kau dapat melihat sebagian pemandangan rimbunnya Jakarta jika kau duduk di sisi area jalur sungai, itu.

Daerah Jakarta dulu yang sering terkena banjir, kini kau takkan mendengar kabar itu lagi. Itu hanya berita lama yang menghiasi surat kabar setiap pekannya. Manusia terus berevolusi. Mereka membuat bendungan di pinggiran pantai, juga membuat telaga resapan super besar di beberapa lokasi tertentu. Bendungan dan telaga ini berguna untuk menampung dan menahan air yang akan datang secara berlebihan di musim hujan. Hebatnya lagi, air-air dari telaga ini dialirkan langsung menuju instalasi penyaringan dan pengolahan air yang sangat canggih, dimana air pruduknya bisa langsung dikonsumsi untuk minum. Tak heran, jika kau akan menemukan tempat-tempat minum gratis yang sudah disediakan oleh pemerintah untuk fasilitas umum.
Ketersediaan pasokan air yang siap konsumsi ini, dimana air bisa dipakai mandi, masak, dan langsung diminum menjadikan warga Jakarta sudah tak perlu lagi membeli air-air kemasan/galon produksi pabrikan. Suatu system instalasi penyaluran air telah dibangun dimana air tersebut  langsung mengalir ke setiap rumah penduduk yang ada di sudut-sudut Jakarta, sehingga tidak ada lagi sumur di rumah-rumah penduduk. Sumur-sumur hanya dibuat oleh industri-industri karena industri tersebut membutuhkan serta menggunakan air dengan porsi besar, sehingga tidak dibenarkan menggunakan air dari instalasi Negara, mereka harus membuat sumur sendiri dengan perijinan dari pemerintah dan membayar sejumlah biaya untuk konservasi air tanah.

Oh ya, hampir ada yang terlewat, produk kecanggihan tersebut ternyata dinikmati penduduk Jakarta tanpa perlu membayar. Rutinitas membayar air PAM secara berkala setiap bulannya sudah lama ditinggalkan, air yang menurut UUD 45 merupakan hajat hidup orang banyak dan dikelola oleh Negara benar-benar terwujud dan seluruh biaya pengelolaan instalasi dan fasilitas air dibiayai dari dana APBD.

Air-air yang disediakan oleh fasilitas-fasilitas canggih ini, benar-benar menekan produktifitas botol plastik yang dibuat dan dijual oleh industri plastik yang memasok kebutuhan industri air mineral, karena jumlah konsumen air mineral yang terus menurun sehingga juga menekan jumlah limbah plastik. Lumayan sekedar untuk mengurangi jumlah sampah yang katanya butuh waktu sangat lama untuk terurai. Lebih dari itu, dan ini sangat penting, tingkat higienis masyarakat meningkat dan jumlah kasus penyakit perut dan penyakit kulit menurun. Alhamdulillah.
          Subhanallah hatiku berdecak kagum. Memang benar, melakukan satu hal yang berguna, akan berdampak pada yang lain. Seakan semua sudah direncanakan, padahal ini semua hanya rentetan yang terjadi secara alamiah. Kita biasa menyebutnya hukum alam. Listrik? Oh ya, apa kabarnya dengan listrik? Mengingat dulu banyak yang mengeluh akan mahalnya membayar listrik. Jika ada pemadaman listrik semua mendadak ribut. Sekarang, di setiap wilayah sudah ada jadwal rutin pemadaman listrik secara berkala. Jadwal yang ditempel disetiap RT membuat para warganya hafal akan jadwal itu, para warga telah mempersiapkan hal-hal yang diperlukan sebelum pemadaman itu terlaksanakan.

Listrik-listrik disini juga ikut mencontoh apa yang dilakukan Belanda dalam menciptakan aliran listrik.  Ya tepat! Pemerintah membuat kicir angin besar yang disusun simetris yang pattern di daerah Laut Jawa. Tepatnya dekat dengan tempat bermain Jakarta yang sangat khas itu, Ancol. Di malam hari, kau akan melihat betapa indahnya kicir angin itu dipenuhi dengan lampu-lampu LED yang ikut memantul di air laut tersebut, ditambah adanya gondolla-gondolla kecil yang dikelilingi dengan lilin-lilin yang mengambang di atas permukaan air, menjadikan jalan-jalan layang dipenuhi dengan orang-orang yang ingin menikmati indahnya pemandangan itu. Jalan-jalan layang pun ada berbagai iklan billboard yang terang, lampu-lampu neon yang berwarna-warni, gedung-gedung yang menyala terang benderang, serta lampu-lampu gantung yang menghiasi pohon-pohon yang berada di tepi jalan, menjadikan Jakarta sangat indah daripada tahun 2012 yang dulu.

Ini sudah bagaikan setetes surga yang ada di dunia teman-teman. Dimana ketika dulu, yang aku hayalkan ini hanya aku tuliskan di sebuah laptop pertamaku, kini semua menjadi kenyataan. Dulu ini hanyalah bayang-bayang kecil yang melintas di kepala seorang bocah remaja yang memimpikan Jakarta menjadi kota yang indah. Mungkin dia sekarang akan ternganga melihat semua yang dituliskannya menjadi kenyataan. Aku masih ingat bahwa Jakarta diancam tenggelam karena keringnya tanah yang tidak kuat menahan. Aku masih ingat bahwa akan ada pemindahan pemerintahan dari Jakarta. Aku hanya tak inginkan itu semua. Aku tak ingin hutan-hutan di Kalimantan pun terbabat habis seperti disini. Aku masih ingat panasnya Jakarta karna tak ada pohon-pohon rindang yang menutupi langsung sinar UV tersebut. Aku masih ingat dimana banyak bis bobrok yang mengeluarkan asap hitam. Aku masih ingat kerasnya hidup di Jakarta.  Aku masih sangat ingat jelas itu semua. Semuanya.

 Sekarang, Jakarta telah menjadi kota yang sejuk, segar, dan tidak sesak. Kau akan melihat pohon di sepanjang perjalananmu. Ini bagaikan kau memasuki desa bersih, sejuk dan rimbun, tetapi telah penuh dengan teknologi canggih buatan manusia yang semakin pintar. Dimana semua ini berawal pada bulan April 2018, pemerintah yang meluncurkan program tiap orang wajib menanam sepuluh pohon apapun, di tempat manapun yang ia suka. Bagiku pada saat itu, ini merupakan suatu gebrakan besar. Dimana kau akan melihat semua produk, teknologi, media, dan yang lainnya sedang marak-maraknya membicarakan go green. Tidak ada lagi kantung plastik, masyarakat diwajibkan membawa tas sendiri, atau diwajibkan menggunakan tas yang diproduksi dari bahan-bahan alami yang mudah terurai, mudah diperoleh dan tersedia di pasar-pasar swalayan. Awalnya program ini memang sangat sulit diterima oleh masyarakat. Akan tetapi pada akhirnya mereka terbiasa juga.

Aku kembali berjalan menelusuri Jakarta-ku ini. Seakan para manusia disini berhasil menutupi kesalahan dan kebobrokannya di masa lalu. Seakan alam membantu apa yang telah diupayakan manusia selama ini. Seakan alam itu hidup dan merehabilitasi lagi dirinya sendiri. Seakan guyuran hujan dan tiap percikannya membawa keajaiban untuk kehidupan-kehidupan baru yang akan diciptakannya. Seakan semua saling menguatkan satu sama lain. Langkahku tak terhenti. Entah mengapa, aku mencintai tempat ini. Indonesiaku ini. Indonesia yang terkenal akan paru-paru dunia.
Tanpa terasa seluruh diriku, seluruh jiwaku diliputi oleh haru Generasi berikutnya, aku mohon. Sangat aku memohon. Jangan lagi rusak Jakartaku ini.

Sakit

Lukaku menganga & berdarah, kawan.
Menorehkan garis merah pekat pada setiap irisannya.
Menerobos tiap sel dan atom dalam tubuhku.
Mengingatkan luka luka lama yang selalu menemani perjalanan hidupku.
Perjalanan hidupku yang tua yang mengiringi langkahku kemanapun daku menuju.
Langkah-langkah telah aku selami selama bertahun-tahun.
Hingga kini, aku menjadi pribadi seperti yang kau kenal sekarang.
Pribadi yang mungkin sederhana di lautan bening matamu..

Kawan,Yang aku yakini saat ini,
Sesungguhnya sakit bukanlah dera derita,
Karena sakit, hanyalah berkah yang bertopeng derita.

Bagiku,
Sakit adalah proses,
Yang telah disiapkan Tuhan untuk mengurangi tiap kepingan-kepingan dosa yang kita miliki.
Yang aku tahu,
Tuhan selalu memberikan yang terbaik kepada para hambanya.
Dia menjadikan tiap hambanya memiliki indahnya rasa syukur  yang kuat.
Rasa yang datang dari setiap perihnya sakit yang daku nikmati.
Maka kawan, kini daku berfikir.
Tidak selayaknya kita menerima anugrah yang demikian besar itu dengan duka nestapa.
Bersyukurlah.

Inilah Dunia ku, Dunia Penuh Pura-Pura

Banyak manusia di dunia ini yang berpura-pura
Saling menyapa demi kepentingan semata
Saling berbagi, kemudian pergi
Memberi janji, setelah itu hambar lagi
Mereka berpura-pura tersenyum
Demi mendapatkan hati kekasihnya
Untuk meraih mimpinya
Kemudian menghancurkannya kembali
Bagaimana dengan tuan, yang berpura-pura memberi janji
Agar orang jatuh hati
Agar kita bersimpati
Setelah itu, berlari
Mereka berpura-pura baik, Lalu saling memadu kasih
Memberikan harapan, Akhirnya, diam dan bersedih
Pura-pura punya cinta, pura-pura berhati
Hanya untuk obral janji, tak pernah ada bukti
Mereka berpura-pura mencintai
Untuk melukai
Untuk menghianati
Ujung-ujungnya
Mereka berpura-pura mengobati
Untuk kembali menebar janji
Dan hal yang tak diinginkan kembali terjadi
Ahhh, ujung nya sedih lagi
Dunia ini penuh dengan pura-pura
Kalau, kata lagu panggung sandiwara
Persis seperti cerita telenovela
Bisa juga disebut drama
Pura-pura lupa akan janjinya
Pura-pura tidak ingat apa kesalahannya
Pura-pura dalam perahu
Pura-pura tidak tahu
Para politikus begitu
Para kekasih pun tidak sedikit begitu,
Para artis juga banyak yang begitu
Pemberi harapan palsu
Persis seperti wanita malam yang menjajakan tubuhnya
Berpura-pura memberikan cinta
Meski batin yang tersiksa
Tapi ini harus di lakukan, demi anaknya
You always lost something for get something new.

Penjagaanku Sampai Disini

Kenapa aku memperbolehkanmu dengan yang lain?
Karena aku tau dan aku menyadari, Aku tak bisa menjagamu dari sini, Aku tak mampu.

Walau pun kau paksakan aku tuk bisa.
Andai aku bilang aku bisa menjagamu dari sini pun aku bohong. 
Aku tak punya kemampuan teleportasi untuk selalu menjagamu, makanya aku membiarkanmu dengan yang lain.
 Tak apa sakit disini, tapi kau selalu ada yang menjaga disana.
Walaupun wujudnya bukan aku. Walaupun raganya bukan aku.
 Mungkin dia sama, mempunyai hati yang selalu ingin menjagamu.
 Penjagaanku sampai disini, sampai di pucuk penglihatanmu.
Terserah kau mau bilang aku tak berusaha atau apapun, yang penting kau selalu dapat aku lihat dari sini. 
Sedang tersenyum dan tak terluka. 
kau bahagiaku. Bukan begitu?
 Apalagi yang kurang aku sadari?

Bergelut Dengan Pikiran

Aku sedih dengan diriku ini. Yang selalu berjalan tak tentu arah. Banyak yang bilang aku memanfaatkan kalian, banyak juga yang bilang aku atau kalian yang bodoh. Bagiku  tak ada yang salah disini, tapi memang tak sepantasnya begitu. Ini melanggar norma, makanya aku selalu dijelek-jelekkan. Ini berbeda tetapi biasa. Maaf, jika aku memilih jalan ini. Maaf jika caraku begini. Maaf jika aku tak konsisten. Ini bukan yang aku pilih, tapi ini yang kujalani. Aku sudah hafal benar sakitnya, aku sudah hafal benar ruginya, aku sudah hafal benar bahwa jelas dengan benar aku salah disini. Mungkin aku tak sadar, ini yang aku pilih. Atau ini yang selalu aku pilih? Aku yang justru mengakui, malah membuatku terlihat semakin buruk. Aku tau banyak diantara kalian yang seperti itu, tapi kalian tak mempermasalahkannya. Dan tak menganggap itu masalah. Dan tentu dengan tidak mengakuinya. Berbeda denganku. Aku mengakuinya. Aku tau dan aku sadar. Aku katakan aku salah, aku tau dan takan mengelak. Apalagi? Kenapa harus dipungkiri jika memang jalan ini yang tidak sengaja terpilih? Aku selalu memandang yang positif. Aku memang bukan ahlinya, tapi aku bisa merasakan baik buruknya dengan pengalaman ini, dengan waktu yang singkat. Aku pemain disini. Aku tak ingin hanya menjadi penonton. Aku yang mengatur ini semua, & aku tak mau terjerumus dengan orang lain yang mengaturku lagi. Aku berpikir, harus selalu aku yang menentukan jalan cerita, ini sugesti yang paling kuat & yang aku harap bisa menjadikan bahwa ini semua terkendali dalam sugestiku. Aku akan jadi lebih baik lagi karna ini, aku takan menjadi lebih buruk. Aku percaya, aku yakin itu. Karna aku yakin, jiwaku tak selamanya ingin memilih jalan ini. Jalan yang bukan sesungguhnya ingin dipilih.

Pikiranku dan tempat dudukku

Tempat dudukku bergoyang. Dari jendela bisa kulihat pohon-pohon beralih dengan cepat. Birunya langit menemani segalanya. Diiringi musik pop berbeat cepat yang menempel ditelingaku. Aku melihat ke samping bawah. Aku melihat mobil dan truk lain berjalan saling mendahului. Kuningnya matahari begitu menyilaukan mata. Membuat alisku berkerut jika aku ingin melihat keluar. Aku menyibakkan tirai jendela, agar sinar matahari tak tembus. Aku bisa melihat sawah begitu luas di sisi lain. Baling-baling putih menjulang tinggi berputar sendirian bagai menyapa. Dalam duduk ini, aku sedang berjalan, pergi untuk menemuinya. Seseorang yang selalu hadir di pikiranku setiap harinya. Pria manis yang selalu menunggu kehadiranku untuk menemuinya. Dia yang selalu membuatku susah untuk tidur karena memikirkannya. Entah kenapa aku terharu tentang prinsip menunggu. Oh, kenapa di handphoneku sekarang terputar lagu Iris dari Goo Goo Dolls? Membuat perasaan ini semakin campur aduk. Dia akan tetap terus menunggu walaupun aku menemuinya. Karena dia tahu. Aku akan pergi lagi. Tapi bayangkan manisnya sebuah penungguan jika dia yang kau tunggu akan datang. Bagai secercah sinar matahari, menembus rerantingan pohon dan menyorotkan sinarnya. Kesempatan selalu ada. Kadang ribuan meter yang menghadang di hadapan sudah tak berarti lagi. Tapi kadang pula itu yang membuatmu tak bisa berkutik. Manisnya penungguan sama seperti menunggu datangnya bis yang tidak penuh di tengah kota Jakarta. Tetap mengecewakan, tapi tetap akan mebuatmu senang pada akhirnya. Sama seperti selama ini. Aku menunggu waktu ini. Menunggu untuk bisa melihat senyum manisnya lagi.

Sakura

Tadi aku bermimpi tentang sakura. Dimana ia tumbuh mekar di negri ini. Tiba-tiba saja pohonku berubah bunganya, menghilangkan buahnya, dan mengganti daunnya. Warna yang halus itu kian muncul. Mengganti warna tengah kota menjadi begitu lembut. Menjadikan mata yang memandang pun takjub.
Sayangnya, ini hanya untuk hari ini,
tanggal dimana ia mau untuk tumbuh disini. Tanggal dimana ia tau ia tak pantas disini.
Tanggal dimana ia pun tau kota ini keras sekali.
Keadaan syahdu ini mencolok mata.
Ketika kepulan hangat yang bukan berasal dari secangkir kopi itu dipadu dengan lembutnya warna sakura.
Ketika manisnya warna berkumpul dengan bising para warga.
Ketika lembutnya daunnya yang jatuh bersentuhan dengan preman kota.
Ketika indahnya sakura mengaburkan hal buruk lainnya.
Aku masih memandang takjub, aku tak percaya dengan apa yang terjadi kini. Aku melangkah keluar untuk memastikan apa yang kulihat sekarang. Tapi dia membuatku takjub. Tumbuh begitu cepat dan lembut bagai waktu ia yang kendalikan. Seperti ia yang sengaja memperlihatkan anggunnya dirinya padaku. Mengguggurkan sedikit daunnya yang kecil agar berputar tertiup angin. Menyibakkan rambutku dan mengingatkanku akan sesuatu.

Aku yakin, aku belum bangun dari tidur.

Maaf

Makna apa yang didapat dari sekedar maaf ? Ketika dia bilang "ya", tetapi kamu sama sekali tidak mengerti. Bahwa dimaafkan berarti tidak diulangi.

Maaf Untuk Suatu Pagi

Sesuatu berbeda hari ini. Mungkin kau jelas merasakannya, ketika tiap detik yang kau lalui hari ini terasa begitu sedikit menyedihkan. Entahlah, itu mau banyak atau dikit. Aku tak tau pasti. Kau terus menatap handphonemu, menantikan satu atau dua kalimat dari aku yang kau tunggu. Iya, aku tau. Hari ini, aku tak mengucapkan selamat pagi untukmu, hal biasa yang mungkin seharusnya menjadi kebiasaan. Hal yang kecil yang menyenangkan, karena setidaknya kau tau bahwa aku memikirkanmu ketika bangun. Hal kecil yang begitu manis, yang bisa saja membuat pagi harimu sebenarnya begitu jadi indah sedikitnya. Tapi ya, aku tau. Hari ini aku tidak melakukannya.


Aku mencintaimu. Aku pun tau, aku tidak memberimu sebuah pesan singkat yang ternyata kau harapkan itu. Tentu saja aku memikirkanmu pagi itu, pagi dimana aku tau, tanpa seharipun aku lalui tanpa memikirkanmu. Aku malah sibuk dengan kegiatanku sendiri, yang mungkin dimana begitu menyakitkan, ketika kau tau aku sudah bangun di pagi itu, tapi aku tak membangunkanmu atau sekedar memberi sambutan manis di pagi harimu. Pagi hari yang selalu sama dengan pagi hari lainnya. Pagi hari dimana, aku memang sebenarnya takan ada untukmu.


Aku tak tau apa yang salah, tapi aku tau ada hal yang aneh dari diriku. Sesuatu yang membuatku berpikir berbeda. Tentang kita. Tentang apa yang ada sesungguhnya. Tapi aku tak lupa sedikitpun tentangmu. Aku tak tau, apakah kau mengetahuinya atau tidak. Itu tak masalah buatku, aku tak mau harus memberitahumu hal kecil aneh dan memalukan seperti itu. Aku rasa kau tak perlu tau, dan andai pun aku harus mwmberi tau, aku rasa kau tentu sudah mengetahuinya


 Aku tau kau kecewa, aku pun tak kunjung mengabarimu. Mungkin hari ini saja, begitu pikirku. Tapi tak bisa, aku tetap ingin menyapamu, walau sepertinya kau akan kesal ketika melihat pesanku masuk. Telat sekali, aku ini kemana saja. Aku kadang membencimu, kau adalah hal yang terus bergulat di alam pikiranku ketika aku sedang berusaha berjalan menuju dunia mimpi. Dunia lain, yang bahkan di dunia mimpi pun aku bisa bertemu lagi denganmu. Aku tak suka begitu, tapi kenapa itu terjadi.


Kau mengetahui aku berbeda hari ini, aku pun menyadarinya. Aku pun tahu, jika ada yang salah denganku hari ini. Tapi kau tetap mengerti, apapun yang aku katakan, dan mungkin saja kau akan percaya jika aku memberikanmu seribu alasan. Aku tak tau, kau akan percaya atau tidaknya, tapi setidaknya kau diam untuk mengerti. Mengangguk untuk menerima. Tersenyum untuk menutupi.


Tiap detik berlalu, tiap menit berganti, tiap jam pun berubah. Kau menyalahkan dirimu, jika aku menjadi seperti makhluk yang tak sempurna. Dan kau meminta maaf untuk hal yang seharusnya akulah yang melakukannya.


Kau memintaku mengerti, bahwa dia pun butuh makhluk yang kadang tak sehangat senja pagi. Menggandeng lengan kecil yang kadang sedingin kutub setiap hari. Berjalan bersamaku walau kau tau, aku tak melangkah beriringan sejak tadi. Kau melihatku berbeda secara yakin bahwa aku tak pernah bermain lagi.


Jika perasaan kacau itu meggenang tak kunjung menguap, membelah diri dan menggandakan dirinya, menggigit sedikit demi sedikit pikiran rasional yang ada. Apa yang harus dijelaskan jika ternyata kebersamaan itu ternyata melangkah sendiri-sendiri? Apa yang harus dijelaskan jika ternyata bersama itu tak ada artinya?
Banyak hal manis di dunia ini, sebagian besar kadangkali aku tak menyadari. Ketika memaafkan terlihat lebih manis daripada sebuah permen, ketika berpelukan terlihat lebih manis dari sekotak coklat, ketika tertawa bersama terlihat lebih manis dari kue donat. Dan ketika itu pula, aku melihatmu lebih manis daripada sunset yang ditenggelam di ujung sana.11, sep 14.


x

Ketika.

Ketika apa yang kau lihat semuanya menipumu
Ketika apa yang rasakan semuanya hanya rangkaian drama
Ketika apa yang kau dengar hanyalah bersit kebohongan
Selamat datang teman, di dunia ini.