Kamis, 25 September 2014

Diam

Kau bertanya bagaimana perasaanku. Jika diam ternyata tak memberi rasa apapun. Malam ini kau merasa bahwa aku begitu berbeda. Tak cukup jika aku tak berkomentar apa-apa. Kau menungguku mengucap satu atau dua patah kata. Sembari menatap aku dengan penuh harap. Kepulan asap kopi terus menari-nari di bawah dagumu. Seakan menikmati saat menunggumu dan waktu diamku. Detik-detik terus berlari. Seakan tak sabar menunggu pagi. Lampu temaram setia menyinari. Membuat kau yang manis terlihat lebih manis dari biasanya. Bintang malam seperti sengaja tak menunjukkan sinarnya. Karena dia tau, dalam diam aku tetap berkata bahwa engkaulah bintangnya. Aku tak kuasa jika setiap saat untuk menatapmu. Aku terlalu jatuh hati sepertinya. Mencuri-curi pandang pun terlalu rasanya. Aku selalu mencari waktu dimana kau sedang tak melihatku, dan disana aku bisa melihatmu. Sebenarnya aku ingin menatap. Tapi apa yang aku dapat? Aku selalu seperti terlihat lebih tertarik ke hal lain. Seakan aku tak tertarik padamu. Kepulan asap kopimu mulai lelah menari. Dia seperti memintaku agar mengucapkan sesuatu. Dia pun lelah menunggu. Ya Tuhan, kenapa cinta harus diucapkan jika tak ingin kehilangan? Aku tak mau kehilangan bintangku. Sinarnya. Terangku. Kenapa cinta harus ditunjukkan? Dan jika tidak kau takan menyadariku. Bibirmu menyentuh kopimu yang tenang sedari tadi. Hatimu mulai lelah dan penat kian mengalir. Dingin malam meresap ke dalam perkataanmu. Racun putus asa seperti terbubuh dalam kopimu. Aku tau kau tak tahan lagi. Kau mulai menatapku secara berbeda. Setidaknya aku sakit saat ini kau lihat dengan begitu. Bahkan kau tetap manis walau seperti itu. Helaan napasmu terlihat berat. Dan letih hatimu dapat aku lihat. Kenapa kau berdiri? Sudah waktunyakah kau untuk beranjak? Tidak. Tunggu! Tapi aku tau kau tak dapat menunggu. "Aku menyayangimu". Hanya kata itu yang keluar. Tanganku hanya bisa memegang lenganmu dan tak bergerak lagi. Kenapa kau terheran? Bukankah aku tak pernah bilang aku berhenti menyayangimu? Kau meraba pipiku. Hal yang selalu merona ketika memikirkanmu. Sunggingan senyum membentuk di wajahmu. Membuat desir hati kian berlagu. Kau mendekatkan wajahmu padaku. Dan ...


Setidaknya aku tau. Kau takan pergi dariku.

25-09/14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar