Kamis, 18 September 2014

Maaf Untuk Suatu Pagi

Sesuatu berbeda hari ini. Mungkin kau jelas merasakannya, ketika tiap detik yang kau lalui hari ini terasa begitu sedikit menyedihkan. Entahlah, itu mau banyak atau dikit. Aku tak tau pasti. Kau terus menatap handphonemu, menantikan satu atau dua kalimat dari aku yang kau tunggu. Iya, aku tau. Hari ini, aku tak mengucapkan selamat pagi untukmu, hal biasa yang mungkin seharusnya menjadi kebiasaan. Hal yang kecil yang menyenangkan, karena setidaknya kau tau bahwa aku memikirkanmu ketika bangun. Hal kecil yang begitu manis, yang bisa saja membuat pagi harimu sebenarnya begitu jadi indah sedikitnya. Tapi ya, aku tau. Hari ini aku tidak melakukannya.


Aku mencintaimu. Aku pun tau, aku tidak memberimu sebuah pesan singkat yang ternyata kau harapkan itu. Tentu saja aku memikirkanmu pagi itu, pagi dimana aku tau, tanpa seharipun aku lalui tanpa memikirkanmu. Aku malah sibuk dengan kegiatanku sendiri, yang mungkin dimana begitu menyakitkan, ketika kau tau aku sudah bangun di pagi itu, tapi aku tak membangunkanmu atau sekedar memberi sambutan manis di pagi harimu. Pagi hari yang selalu sama dengan pagi hari lainnya. Pagi hari dimana, aku memang sebenarnya takan ada untukmu.


Aku tak tau apa yang salah, tapi aku tau ada hal yang aneh dari diriku. Sesuatu yang membuatku berpikir berbeda. Tentang kita. Tentang apa yang ada sesungguhnya. Tapi aku tak lupa sedikitpun tentangmu. Aku tak tau, apakah kau mengetahuinya atau tidak. Itu tak masalah buatku, aku tak mau harus memberitahumu hal kecil aneh dan memalukan seperti itu. Aku rasa kau tak perlu tau, dan andai pun aku harus mwmberi tau, aku rasa kau tentu sudah mengetahuinya


 Aku tau kau kecewa, aku pun tak kunjung mengabarimu. Mungkin hari ini saja, begitu pikirku. Tapi tak bisa, aku tetap ingin menyapamu, walau sepertinya kau akan kesal ketika melihat pesanku masuk. Telat sekali, aku ini kemana saja. Aku kadang membencimu, kau adalah hal yang terus bergulat di alam pikiranku ketika aku sedang berusaha berjalan menuju dunia mimpi. Dunia lain, yang bahkan di dunia mimpi pun aku bisa bertemu lagi denganmu. Aku tak suka begitu, tapi kenapa itu terjadi.


Kau mengetahui aku berbeda hari ini, aku pun menyadarinya. Aku pun tahu, jika ada yang salah denganku hari ini. Tapi kau tetap mengerti, apapun yang aku katakan, dan mungkin saja kau akan percaya jika aku memberikanmu seribu alasan. Aku tak tau, kau akan percaya atau tidaknya, tapi setidaknya kau diam untuk mengerti. Mengangguk untuk menerima. Tersenyum untuk menutupi.


Tiap detik berlalu, tiap menit berganti, tiap jam pun berubah. Kau menyalahkan dirimu, jika aku menjadi seperti makhluk yang tak sempurna. Dan kau meminta maaf untuk hal yang seharusnya akulah yang melakukannya.


Kau memintaku mengerti, bahwa dia pun butuh makhluk yang kadang tak sehangat senja pagi. Menggandeng lengan kecil yang kadang sedingin kutub setiap hari. Berjalan bersamaku walau kau tau, aku tak melangkah beriringan sejak tadi. Kau melihatku berbeda secara yakin bahwa aku tak pernah bermain lagi.


Jika perasaan kacau itu meggenang tak kunjung menguap, membelah diri dan menggandakan dirinya, menggigit sedikit demi sedikit pikiran rasional yang ada. Apa yang harus dijelaskan jika ternyata kebersamaan itu ternyata melangkah sendiri-sendiri? Apa yang harus dijelaskan jika ternyata bersama itu tak ada artinya?
Banyak hal manis di dunia ini, sebagian besar kadangkali aku tak menyadari. Ketika memaafkan terlihat lebih manis daripada sebuah permen, ketika berpelukan terlihat lebih manis dari sekotak coklat, ketika tertawa bersama terlihat lebih manis dari kue donat. Dan ketika itu pula, aku melihatmu lebih manis daripada sunset yang ditenggelam di ujung sana.11, sep 14.


x

Tidak ada komentar:

Posting Komentar